Tuesday, October 9, 2012

 Benjolan Belum Tentu Kangker 

oleh: Riza Falina



Kanker payudara dapat menyerang siapa saja. Umumnya terjadi pada perempuan meski ada pria yang terserang juga, baik tua maupun muda. Kanker payudara di Indonesia telah diidap sekitar  2 juta wanita dan berisiko pada kematian. Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Indonesia, menurut dr Sutjipto, SpB(K) Onk, ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
Kanker adalah suatu kondisi yang berasal dari sel-sel jaringan tubuh yang tumbuh dengan tidak normal sehingga berubah menjadi sel kanker.  Setiap sel normal, mempunyai fungsi dan batas umur tertentu. Untuk menjalankan fungsi dan menjaga pertumbuhan, diperlukan satu keteraturan. Untuk itu, setiap sel membutuhkan kontrol berupa kode genetika yang berasal dari inti sel. Tiap kerusakan pada inti sel, berakibat sel tubuh kehilangan kontrol dalam pertumbuhannya dan juga gangguan pada fungsinya.
Jika dibiarkan terlalu lama, maka sel-sel kanker ini akan menyebar cepat ke seluruh anggota tubuh bahkan yang tidak terjangkit sebelumnya. Akibat terfatal penderita kanker adalah kematian.
Masyarakat awam banyak yang menilai kanker sebagai sebuah tumor,  padahal kenyataannya tidak semua tumor menjadi kanker. Yang disebut tumor ialah suatu benjolan pada bagian tertentu yang abnormal. Tumor pun terbagi menjadi dua jenis yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Nah, tumor ganas inilah yang sering disebut kanker.
Namun, bila menjumpai benjolan, jangan langsung takut kalau itu adalah kanker. Karena belum tentu benjolan itu adalah kanker. Jalan terbaik adalah memeriksakan benjolan tersebut untuk memastikan apakah itu tumor jinak atau ganas.
Ada berbagai jenis kanker yang sering ditemui di kalangan masyarakat seperti kanker otak, kanker hati, kanker usus besar, kanker mulut atau leher rahim, kanker prostat, kanker payudara, dan sebagainya.
Mencurigai Benjolan
Menurut Dr.Farida Briani, SpB(K)Onk., Divisi Bedah Onkologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), menuturkan secara general tidak diketahui secara pasti penyebab dari kanker itu. “Karena kanker itu multifactorial, terlalu banyak penyebabnya. Yang pasti ada mutasi gen, namun sebabnya seseorang mengalami perubahan gen sejak ia lahir hingga pada usia-usia tertentu, tidak ada yang tahu pasti,” ujar wanita yang akrab disapa Dida ini.
Untuk kanker payudara, Dida menjelaskan bahwa banyak sekali kasus pada pasien yang terlambat memeriksakan dirinya ke dokter sehingga saat diketahui stadium kanker yang diidapnya sudah tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian wanita-wanita tersebut takut jika ada sebuah benjolan yang ada pada payudara mereka dan harus segera dioperasi. Karena tidak semua benjolan di payudara itu harus dioperasi dan tidak semua benjolan di payudara itu kanker.
Ada empat macam yang dapat menyebabkan pembengkakan di payudara yaitu infeksi, kelainan metabolisme hormonal, trauma, dan neoplasma (tumor) baik jinak maupun ganas.
“Yang membuat perubahan pada benjolan menjadi kanker, apabila telah melalui beberapa tahap pemeriksaan agar diketahui pasti apakah seseorang itu betul-betul mengidap kanker payudara,” jelas Dida.
“Saat pertama kali merasakan ada benjolan, idealnya langsung memeriksakan diri ke semua lini dokte. Termasuk dokter umum harus bisa untuk diagnosis awal Tapi karena masih ada beberapa kasus dokter umum yang tidak terlalu familiar, artinya agak terlambat mendiagnosis,” tutur Dida. ”
Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara :
  1. Memiliki riwayat kanker dari keluarga sebelumnya (ibu kandung dan saudara perempuan)
  2. Seringnya melakukan radiasi daerah dada (pengobatan yang berulang-ulang dengan sinar-X)
  3. Pernah mengalami operasi tumor payudara jinak atau ganas
  4. Usia menstruasi pertama kali sangat muda dan menopause yang sangat terlambat
  5. Tidak pernah hamil full-term
  6. Tidak pernah melahirkan
  7. Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun
  8. Tidak pernah menyusui anak
  9. Menggunakan alat kontrasepsi hormonal
  10. Menggunakan terapi hormonal setelah menopause
Hidup Sehat Mencegah Kanker
  • Tidak merokok / menghindari asap rokok
  • Mengurangi makanan yang berlemak
  • Banyak mengonsumsi makanan berserat
  • Makan makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C atau sayuran berwarna
  • Perbanyak makanan segar
  • Mengurangi makanan yang diawetkan, diasapi, dibakar, dan cepat saji
  • Tidak mengonsumsi alkohol

0 comments:

Post a Comment