Benjolan Belum Tentu Kangker
oleh: Riza Falina
Kanker payudara dapat
menyerang siapa saja. Umumnya terjadi pada perempuan meski ada pria
yang terserang juga, baik tua maupun muda. Kanker payudara di Indonesia
telah diidap sekitar 2 juta wanita dan berisiko pada kematian. Kanker
payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Indonesia,
menurut dr Sutjipto, SpB(K) Onk, ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta.
Kanker
adalah suatu kondisi yang berasal dari sel-sel jaringan tubuh yang
tumbuh dengan tidak normal sehingga berubah menjadi sel kanker. Setiap
sel normal, mempunyai fungsi dan batas umur tertentu. Untuk
menjalankan fungsi dan menjaga pertumbuhan, diperlukan satu
keteraturan. Untuk itu, setiap sel membutuhkan kontrol berupa kode
genetika yang berasal dari inti sel. Tiap kerusakan pada inti sel,
berakibat sel tubuh kehilangan kontrol dalam pertumbuhannya dan juga
gangguan pada fungsinya.
Jika
dibiarkan terlalu lama, maka sel-sel kanker ini akan menyebar cepat ke
seluruh anggota tubuh bahkan yang tidak terjangkit sebelumnya. Akibat
terfatal penderita kanker adalah kematian.
Masyarakat
awam banyak yang menilai kanker sebagai sebuah tumor, padahal
kenyataannya tidak semua tumor menjadi kanker. Yang disebut tumor ialah
suatu benjolan pada bagian tertentu yang abnormal. Tumor pun terbagi
menjadi dua jenis yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Nah, tumor ganas
inilah yang sering disebut kanker.
Namun,
bila menjumpai benjolan, jangan langsung takut kalau itu adalah
kanker. Karena belum tentu benjolan itu adalah kanker. Jalan terbaik
adalah memeriksakan benjolan tersebut untuk memastikan apakah itu tumor
jinak atau ganas.
Ada
berbagai jenis kanker yang sering ditemui di kalangan masyarakat
seperti kanker otak, kanker hati, kanker usus besar, kanker mulut atau
leher rahim, kanker prostat, kanker payudara, dan sebagainya.
Mencurigai Benjolan
Menurut Dr.Farida Briani, SpB(K)Onk., Divisi Bedah Onkologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo
(FKUI/RSCM), menuturkan secara general tidak diketahui secara pasti
penyebab dari kanker itu. “Karena kanker itu multifactorial, terlalu
banyak penyebabnya. Yang pasti ada mutasi gen, namun sebabnya seseorang
mengalami perubahan gen sejak ia lahir hingga pada usia-usia tertentu,
tidak ada yang tahu pasti,” ujar wanita yang akrab disapa Dida ini.
Untuk kanker payudara, Dida menjelaskan bahwa banyak sekali
kasus pada pasien yang terlambat memeriksakan dirinya ke dokter
sehingga saat diketahui stadium kanker yang diidapnya sudah tinggi. Hal
ini disebabkan karena sebagian wanita-wanita tersebut takut jika ada
sebuah benjolan yang ada pada payudara mereka dan harus segera
dioperasi. Karena tidak semua benjolan di payudara itu harus dioperasi
dan tidak semua benjolan di payudara itu kanker.
Ada empat macam yang dapat menyebabkan pembengkakan di
payudara yaitu infeksi, kelainan metabolisme hormonal, trauma, dan
neoplasma (tumor) baik jinak maupun ganas.
“Yang membuat perubahan pada benjolan menjadi kanker, apabila
telah melalui beberapa tahap pemeriksaan agar diketahui pasti apakah
seseorang itu betul-betul mengidap kanker payudara,” jelas Dida.
“Saat pertama kali merasakan ada benjolan, idealnya langsung
memeriksakan diri ke semua lini dokte. Termasuk dokter umum harus bisa
untuk diagnosis awal Tapi karena masih ada beberapa kasus dokter umum
yang tidak terlalu familiar, artinya agak terlambat mendiagnosis,”
tutur Dida. ”
Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara :
Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara :
- Memiliki riwayat kanker dari keluarga sebelumnya (ibu kandung dan saudara perempuan)
- Seringnya melakukan radiasi daerah dada (pengobatan yang berulang-ulang dengan sinar-X)
- Pernah mengalami operasi tumor payudara jinak atau ganas
- Usia menstruasi pertama kali sangat muda dan menopause yang sangat terlambat
- Tidak pernah hamil full-term
- Tidak pernah melahirkan
- Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun
- Tidak pernah menyusui anak
- Menggunakan alat kontrasepsi hormonal
- Menggunakan terapi hormonal setelah menopause
Hidup Sehat Mencegah Kanker
- Tidak merokok / menghindari asap rokok
- Mengurangi makanan yang berlemak
- Banyak mengonsumsi makanan berserat
- Makan makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C atau sayuran berwarna
- Perbanyak makanan segar
- Mengurangi makanan yang diawetkan, diasapi, dibakar, dan cepat saji
- Tidak mengonsumsi alkohol
0 comments:
Post a Comment